Setelah satu dekade penantian penuh harapan dari para pecinta moge Tanah Air, Harley-Davidson akhirnya menghadirkan kembali lini premium mereka—Custom Vehicle Operations (CVO)—ke Indonesia. Tiga model sekaligus langsung mengaspal: CVO Street Glide, CVO Road Glide, dan CVO Road Glide ST, yang kini bisa dimiliki dengan banderol mulai dari Rp 1,6 miliar.
Langkah ini menjadi momen bersejarah bagi komunitas Harley di Indonesia, terutama karena unit CVO sebelumnya terhalang oleh harga selangit akibat proses produksi yang terpusat di Amerika Serikat. Namun kini, berkat produksi dari pabrik Harley-Davidson di Thailand, harga CVO menjadi lebih kompetitif tanpa mengurangi nilai eksklusivitas dan performanya.
“Sebelumnya kami kesulitan menghadirkan CVO karena harga dari Amerika terlalu tinggi. Tapi sekarang, dengan produksi dari Thailand, harganya jadi jauh lebih masuk akal untuk konsumen Indonesia,” ujar Irvino Edwardly, Sales & Marketing Director JLM Auto Indonesia, dalam peluncuran resmi di Jakarta (5/5/2025).
Setiap motor dari lini CVO bukan sekadar tunggangan, tapi perwujudan seni dan kekuatan—mengusung warna custom, detail eksklusif, serta peningkatan performa yang memanjakan para pencinta moge sejati. Motor-motor ini tak hanya jadi simbol gaya hidup, tapi juga bukti bahwa passion dan prestige bisa menyatu dalam satu mesin bertenaga besar.
Langit bukan lagi batas. Dari negeri dengan ambisi teknologi tanpa henti, China kembali membuat gebrakan futuristik. Melalui kolaborasi Kuickwheel dan Rictor, mereka resmi meluncurkan Skyrider X6, motor terbang pertama yang dipasarkan secara massal. Harganya? Tembus Rp1,1 miliar, namun kemampuannya terbang membuat kendaraan konvensional terlihat kuno.
Bayangkan ini: Perjalanan darat 90 menit di kota padat seperti Shanghai, bisa dipangkas hanya 15 menit di udara. Inilah mimpi para pengendara yang jenuh dengan kemacetan—terwujud dalam bentuk nyata.
Secara teknis, Skyrider X6 mengusung desain reverse trike dengan dua roda di depan dan satu di belakang. Saat di darat, ia melaju hingga 70 km/jam sejauh 200 km. Tapi yang paling mengguncang adalah mode terbangnya: enam rotor, enam sumbu, dan kecepatan maksimum 72 km/jam, dengan durasi terbang sekitar 20 menit.
Kecanggihan bukan cuma soal performa, tapi juga keamanan. Setiap rotor dikendalikan secara independen. Jika satu gagal, sistem akan otomatis membackup. Tak hanya itu, disematkan juga parasut balistik otomatis, fitur yang sebelumnya hanya dimiliki drone militer.
Namun, tantangan bukan datang dari mesin, tapi dari regulasi. Skyrider X6 belum bisa digunakan bebas karena wilayah udara rendah di China belum terbuka untuk kendaraan sipil. Pengendara pun harus memiliki lisensi light sport aircraft, yang biaya pelatihannya mencapai Rp100 jutaan.
Meskipun demikian, peluncuran Skyrider X6 membuka harapan baru. Masa depan mobilitas benar-benar hadir lebih cepat dari yang kita bayangkan—dan kini, bahkan motor pun bisa terbang.
Penggemar sportbike Yamaha kembali dibuat bertanya-tanya. Setelah sukses meluncurkan YZF-R7 dan R9, kini perhatian tertuju pada satu nama yang belum juga menampakkan diri ke publik — YZF-R2. Merek dagangnya sudah terdaftar, spekulasi berkembang, tapi wujudnya belum juga terlihat.
Secara logika lini produk, YZF-R2 digadang-gadang akan mengisi celah antara R15 bermesin 155 cc dan R3 dengan mesin 321 cc dua silinder. Spekulasi paling kuat menyebutkan, YZF-R2 akan mengusung basis mesin R15 yang dimodifikasi menjadi 200 cc — sebuah langkah yang bisa menyuguhkan performa yang lebih mengisi tanpa harus naik ke segmen kelas menengah.
Namun, pertanyaan besarnya kini bukan soal mesin, tapi kapan motor ini benar-benar akan diperkenalkan. Di balik setiap rumor, ada harapan — dan para pecinta R Series kini berada dalam fase penantian panjang yang memicu rasa penasaran dan antusiasme.
Jika YZF-R2 memang akan diluncurkan, bagaimana nasib R15? Apakah akan digantikan? Atau justru akan tetap dipertahankan berdampingan dengan harga tipis dan performa yang saling sikut? Belum ada jawaban resmi dari Yamaha — dan inilah yang membuat rumor ini makin membara.
Satu hal yang pasti, jika YZF-R2 benar-benar hadir, ini bukan sekadar motor baru. Ini adalah simbol ambisi Yamaha mengisi semua lini performa di segmen sportbike, dari pemula hingga tingkat menengah. Dan sampai saat itu tiba, kita hanya bisa menunggu sambil menebak-nebak bagaimana rupa sang calon “baby R-series” terbaru ini.
Jakarta Fair 2025 menjadi saksi kelahiran kembali salah satu merek motor legendaris asal Italia, Morbidelli, di bawah naungan PT Benelli Motor Indonesia. Tak lagi didominasi warna hijau khas Benelli, booth mereka kali ini tampil mencolok dengan kombinasi merah, biru, dan hitam—menandai hadirnya semangat baru yang penuh karakter dari lini motor klasik-modern bergaya Eropa.
Dibekali semangat “heritage meets lifestyle”, Morbidelli memperkenalkan lima model sekaligus—mulai dari naked retro, cruiser, hingga adventure touring. Namun, sorotan utama jatuh pada Morbidelli C252V, motor bergaya cruiser yang tampil menggoda dengan harga Rp66,9 juta (off the road).
“Motor ini bukan sekadar kendaraan, tapi partner dalam perjalanan hidup. Jok belakangnya didesain untuk kenyamanan berdua, cocok untuk yang suka riding bareng pasangan,” ujar Steven Kentjana Putra, Direktur Utama PT Benelli Motor Indonesia, sambil menegaskan bahwa Morbidelli ingin menghadirkan emosi dan cerita di balik setiap kilometer perjalanan.
Berbasis sejarah kuat dari kota Pesaro—yang juga rumah bagi Benelli—Morbidelli yang lahir tahun 1969 ini membawa warisan balap dan gaya klasik ke dalam era baru. Tak hanya C252V, model lain seperti NR200 Naked Retro dan T252X Trail Adventure juga disiapkan untuk mengisi segmen berbeda di pasar.
Lebih menariknya lagi, seluruh unit Morbidelli akan dirakit secara lokal (CKD) di pabrik Bogor, bukan impor utuh (CBU), sehingga harga bisa ditekan dan lebih terjangkau tanpa mengorbankan kualitas khas Italia.