Connect with us

Event

Kawasaki Ninja e-1 memiliki tampilan yang mirip dengan Ninja 250, dan inilah hasil dari transformasi Ninja yang “terkena setrum”

Published

on

Baru-baru ini, Kawasaki Global memperkenalkan motor listrik Ninja e-1, yang juga dikenal sebagai Ninja ‘Tak Bersuara’. Motor masa depan ini sekarang juga dipamerkan dalam Japan Mobility Show 2023. Kawasaki Ninja e-1, yang sebenarnya sudah dijual di Amerika Serikat dan Eropa, telah hadir dalam bentuk model global untuk Japan Mobility Show 2023.

Dalam pementasan di atas panggung berputar, Ninja e-1 menggoda para pengunjung Japan Mobility Show 2023 dengan penampilan yang sangat mirip dengan Ninja 250 terbaru yang tersedia di pasar Indonesia.

Dari segi dimensi, Kawasaki Ninja e-1 memiliki panjang total sekitar 1.980 mm, lebar 690 mm, dan tinggi 1.105 mm, dengan tinggi jok hanya 785 mm. Dimensi ini membuatnya sangat cocok sebagai motor harian, terutama karena bobotnya yang ringan, hanya sekitar 140 kg.

Untuk membuktikan kemiripannya dengan Ninja 250 terbaru di Indonesia, kita bisa melihat spesifikasi kaki-kakinya. Ninja e-1 membawa roda depan berukuran 100/80 R17 dan roda belakang 130/70 R17. Artinya, secara dimensi, Ninja e-1 ini hanya sedikit lebih ramping dibandingkan Ninja 250.

Kawasaki telah merancang Ninja e-1 dengan spesifikasi yang mirip dengan motor kelas entry level atau kelas 125 cc. Motor listrik ini memiliki tenaga maksimal sekitar 12 PS pada putaran mesin 2.600-4.000 RPM. Namun, untuk mempertahankan sifat sporty yang melekat pada DNA Ninja, Ninja e-1 memiliki torsi yang cukup kuat. Diklaim memiliki torsi hingga 40,5 Nm pada putaran mesin 0-1.600 RPM.

Kawasaki Ninja e-1 menggunakan dua baterai Lithium-ion dengan kapasitas masing-masing 50,4 V 30 Ah (x2) untuk model global. Dengan baterai ini, Ninja e-1 dapat mencapai jarak tempuh sekitar 41 mil atau sekitar 72 km.

Baterai dapat diisi penuh dalam waktu 3,7 jam. Motor ini memiliki kecepatan maksimal sekitar 88,5 km/jam di mode Road dan sekitar 64,3 km/jam di mode Eco. Namun, dengan fitur E-Boost, kecepatan motor dapat ditingkatkan.

Kawasaki membawa berbagai teknologi ke motor listrik ini, termasuk E-Boost, Power Mode, Walk Mode with Reverse, sistem rem ABS, dan konektivitas smartphone.

Meskipun sukses menarik perhatian pengunjung Japan Mobility Show 2023, motor listrik ini baru akan dijual oleh Kawasaki sebagai model tahun 2024 di pasar Amerika Serikat dan Eropa. Harganya adalah sekitar 7.599 Dolar AS atau sekitar Rp 121 jutaan.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Event

Fuboru All Out di Matapanah Cup Race 2025 Seri 2: Bukan Sekadar Sponsor, Tapi Sahabat Balap!

Published

on

By

Fuboru kembali membuktikan bahwa mereka bukan hanya nama di balik kemasan sparepart, tetapi juga “teman seperjuangan” para pebalap dan mekanik di lintasan. Pada gelaran Matapanah Cup Race (MCR) 2025 Seri 2 Surabaya yang berlangsung 9–10 Agustus, Fuboru hadir bukan hanya sebagai sponsor, tapi turun langsung ke arena untuk merasakan denyut nadi kompetisi nasional.

Berbekal misi besar, Fuboru membawa sederet komponen andalan — terutama di sektor pengereman, yang menjadi fokus utama demi memberikan kendali maksimal saat detik-detik krusial balapan. Kehadiran mereka juga menjadi ajang riset lapangan, mengamati dari dekat apa yang benar-benar dibutuhkan para pembalap dan kru di tengah panasnya persaingan.

“Kita support MCR karena ini event yang luar biasa. Selain itu, kita sedang mempersiapkan part pengereman baru yang akan segera rilis. Pokoknya, tunggu saja kejutan dari Fuboru, teman-teman mekanik dan pembalap!” ujar William dari Fuboru penuh semangat.

Langkah ini menegaskan komitmen Fuboru untuk memberikan solusi tepat guna bagi dunia balap Tanah Air. Lebih dari sekadar produk, Fuboru ingin menjadi mitra yang paham detak jantung racing, membantu setiap rider menembus batas, dan membawa mimpi podium jadi kenyataan.

Continue Reading

Electric Vehicle

Parkir, Cas, Jalan Lagi! Pengisian Daya Nirkabel Motor Listrik Bukan Lagi Mimpi?

Published

on

By

Di tengah pertumbuhan pesat pengguna motor listrik, satu kendala klasik masih jadi momok: repotnya pengisian daya. Kabel ketinggalan, colokan tidak cocok, atau stasiun pengisian yang penuh adalah cerita sehari-hari para pengguna EV roda dua.

Namun kini, harapan itu hadir lewat inovasi pengisian daya nirkabel, yang siap mengubah cara kita berinteraksi dengan kendaraan masa depan.
Adalah Tiler Compact, sistem wireless charging yang awalnya dirancang untuk sepeda listrik, tapi mulai dilirik sebagai solusi realistis bagi motor listrik urban.

Bayangkan ini: cukup menurunkan standar samping, lalu motor langsung terisi daya otomatis—tanpa kabel, tanpa buka-tutup soket, tanpa ribet. Persis seperti kita meletakkan smartphone di atas pad charger.

Perangkat seukuran laptop ini tahan cuaca ekstrem, hanya butuh stopkontak biasa, dan satu sumber daya bahkan bisa menyuplai hingga 24 unit pengisi daya. Cocok untuk parkiran apartemen, gedung kantor, hingga pusat perbelanjaan.
Waktu isi ulangnya memang belum secepat kabel (sekitar 3,5 jam untuk 500 Wh), tapi cukup untuk memenuhi kebutuhan harian pengguna motor listrik di kota.

Lebih dari sekadar teknologi, ini adalah upaya menjawab keresahan banyak rider masa kini. Gerakan sederhana seperti memarkir motor bisa menjadi langkah besar menuju efisiensi dan kenyamanan.

Namun, tantangan sesungguhnya kini ada di tangan para pabrikan otomotif. Dibutuhkan standardisasi dan kolaborasi agar teknologi pengisian daya nirkabel bisa diintegrasikan secara massal dan lintas merek.

Jika semua pihak bersatu, bukan tidak mungkin dalam waktu dekat, kita hanya perlu memarkir motor—dan baterai akan terisi otomatis.
Masa depan itu makin dekat. Kita hanya perlu menyambutnya.

Continue Reading

Event

Suzuka 8 Hours: Lebih dari Sekadar Balapan, Ini Pertarungan Harga Diri Pabrikan Dunia!

Published

on

By

Di tengah gegap gempita balap dunia seperti MotoGP di Assen atau TT Isle of Man yang ekstrem, satu event justru menjadi panggung paling sakral bagi pabrikan Jepang—Suzuka 8 Hours. Balapan ketahanan legendaris ini bukan hanya soal adu kecepatan, tapi soal gengsi, kebanggaan, dan harga diri industri otomotif Jepang.

Tahun ini, Suzuka 8 Hours kembali dengan nuansa emosional yang lebih dalam. Untuk pertama kalinya sejak 2019, empat raksasa Jepang—Honda, Yamaha, Suzuki, dan Kawasaki—kembali bertarung dalam arena yang sama. Tapi mungkin ini juga menjadi momen terakhir mereka tampil bersama, menyusul keputusan Suzuki hengkang dari dunia balap pada akhir 2022. Sebuah era bisa saja benar-benar berakhir di sini.

Bagi para rider dan kru, Suzuka 8 Hours bukan hanya balapan. Ini seperti gladiator yang bertarung di colosseum—di hadapan para CEO dan direktur top pabrikan yang menatap tajam dari pit lane. Kemenangan di Suzuka bisa mengubah hidup, menjadi tiket menuju karier seumur hidup. Kalah? Bukan sekadar kehilangan piala, tapi kehilangan muka di hadapan seluruh dunia.

Sirkuit Suzuka memang tak sepanjang Le Mans, tapi intensitasnya brutal. Tiap tikungan seperti Degner dan 130R menuntut presisi luar biasa. Dalam hitungan jam, tim harus menyeimbangkan gaya sprint agresif dan daya tahan mesin, dengan waktu pit stop menjadi penentu hidup-mati hasil akhir.

Dan jangan lupa, aura magis Suzuka tetap utuh. Meski dunia kini bisa menonton balapan dari mana pun, Suzuka tetap punya pesonanya sendiri—tradisi, semangat, dan semesta loyalitas fans Jepang yang selalu penuh di tribun, memberi sorakan hangat dalam atmosfer yang tak bisa disamakan.

Suzuka 8 Hours adalah puncak dari segalanya. Bukan sekadar balapan—ini adalah pertempuran takdir.

Continue Reading

Trending