Connect with us

Event

Minat Manajer Ducati Gigi Dall’Igna Bergeser ke Honda Menyusul Langkah Luca Marini

Published

on

General Manager Ducati Corse, Gigi Dall’Igna, memainkan peran kunci dalam kesuksesan pabrikan Italia ini meraih dua gelar juara dunia MotoGP. Bergabung sejak 2013, Dall’Igna berhasil mengubah Desmosedici GP menjadi motor yang sangat kompetitif.

Selama masa tugasnya di Ducati, ia telah membentuk empat tim, melibatkan delapan pembalap, meraih 12 kemenangan balapan, 16 pole position, dan mencatat 32 podium. Ducati juga berhasil meraih gelar dunia konstruktor sebanyak tiga kali, dengan empat pembalap masuk dalam 8 besar kejuaraan dunia.

Prestasi gemilangnya menarik perhatian Honda, pabrikan asal Jepang, yang tertarik memanfaatkan keahlian Dall’Igna untuk membangun kembali kejayaan mereka. Meskipun mendapatkan tawaran dari Honda, Dall’Igna memilih untuk tetap setia pada Ducati.

“Saya merasa nyaman di Ducati. Saya telah bekerja keras untuk membawa Ducati ke posisi yang dihormati, jadi saat ini tidaklah saat yang tepat untuk meninggalkannya,” ungkap Dall’Igna seperti dikutip dari Speedweek pada 27 Desember 2023.

Meski demikian, Dall’Igna mengakui bahwa Honda merupakan tantangan baru yang menarik. Saat ini, tim Honda memiliki pembalap seperti Joan Mir dan Luca Marini, sementara Johann Zarco dan Takkaki Nakagami berada di tim satelit.

“Dengan segala sesuatu yang telah saya lakukan di sini, ini adalah tantangan yang bisa saya raih dan saya anggap sebagai suatu pencapaian. Honda juga memberikan tantangan yang sama menarik dan penting,” jelas Dall’Igna.

Mendengar hal tersebut, CEO Ducati, Claudio Domenicali, merasa khawatir bahwa Dall’Igna bisa menerima tawaran menggiurkan dari pabrikan pesaing. Meskipun berharap Dall’Igna tetap bersama Ducati, Domenicali tidak menutup kemungkinan adanya tawaran besar dari Honda.

“Dia adalah bintang di industri ini. Kami sangat sejalan dengannya. Saya berharap dia tetap bersama kami selamanya, tetapi tidak bisa menutup kemungkinan bahwa suatu hari Honda akan memberikan tawaran besar untuknya,” ujar Domenicali.

Namun, jika Dall’Igna memilih untuk bergabung dengan pabrikan lain suatu saat nanti, Ducati yakin bahwa rahasia sukses mereka tetap aman.

“Bahkan Gigi sendiri tidak mengetahui semua rahasia ajaib Ducati. Ada beberapa yang terkunci di lantai Borgo Panigale. Formula keberhasilan Ducati sama seperti formula Coca-Cola: sebuah rahasia,” tambah Domenicali.

Event

Fuboru All Out di Matapanah Cup Race 2025 Seri 2: Bukan Sekadar Sponsor, Tapi Sahabat Balap!

Published

on

By

Fuboru kembali membuktikan bahwa mereka bukan hanya nama di balik kemasan sparepart, tetapi juga “teman seperjuangan” para pebalap dan mekanik di lintasan. Pada gelaran Matapanah Cup Race (MCR) 2025 Seri 2 Surabaya yang berlangsung 9–10 Agustus, Fuboru hadir bukan hanya sebagai sponsor, tapi turun langsung ke arena untuk merasakan denyut nadi kompetisi nasional.

Berbekal misi besar, Fuboru membawa sederet komponen andalan — terutama di sektor pengereman, yang menjadi fokus utama demi memberikan kendali maksimal saat detik-detik krusial balapan. Kehadiran mereka juga menjadi ajang riset lapangan, mengamati dari dekat apa yang benar-benar dibutuhkan para pembalap dan kru di tengah panasnya persaingan.

“Kita support MCR karena ini event yang luar biasa. Selain itu, kita sedang mempersiapkan part pengereman baru yang akan segera rilis. Pokoknya, tunggu saja kejutan dari Fuboru, teman-teman mekanik dan pembalap!” ujar William dari Fuboru penuh semangat.

Langkah ini menegaskan komitmen Fuboru untuk memberikan solusi tepat guna bagi dunia balap Tanah Air. Lebih dari sekadar produk, Fuboru ingin menjadi mitra yang paham detak jantung racing, membantu setiap rider menembus batas, dan membawa mimpi podium jadi kenyataan.

Continue Reading

Electric Vehicle

Parkir, Cas, Jalan Lagi! Pengisian Daya Nirkabel Motor Listrik Bukan Lagi Mimpi?

Published

on

By

Di tengah pertumbuhan pesat pengguna motor listrik, satu kendala klasik masih jadi momok: repotnya pengisian daya. Kabel ketinggalan, colokan tidak cocok, atau stasiun pengisian yang penuh adalah cerita sehari-hari para pengguna EV roda dua.

Namun kini, harapan itu hadir lewat inovasi pengisian daya nirkabel, yang siap mengubah cara kita berinteraksi dengan kendaraan masa depan.
Adalah Tiler Compact, sistem wireless charging yang awalnya dirancang untuk sepeda listrik, tapi mulai dilirik sebagai solusi realistis bagi motor listrik urban.

Bayangkan ini: cukup menurunkan standar samping, lalu motor langsung terisi daya otomatis—tanpa kabel, tanpa buka-tutup soket, tanpa ribet. Persis seperti kita meletakkan smartphone di atas pad charger.

Perangkat seukuran laptop ini tahan cuaca ekstrem, hanya butuh stopkontak biasa, dan satu sumber daya bahkan bisa menyuplai hingga 24 unit pengisi daya. Cocok untuk parkiran apartemen, gedung kantor, hingga pusat perbelanjaan.
Waktu isi ulangnya memang belum secepat kabel (sekitar 3,5 jam untuk 500 Wh), tapi cukup untuk memenuhi kebutuhan harian pengguna motor listrik di kota.

Lebih dari sekadar teknologi, ini adalah upaya menjawab keresahan banyak rider masa kini. Gerakan sederhana seperti memarkir motor bisa menjadi langkah besar menuju efisiensi dan kenyamanan.

Namun, tantangan sesungguhnya kini ada di tangan para pabrikan otomotif. Dibutuhkan standardisasi dan kolaborasi agar teknologi pengisian daya nirkabel bisa diintegrasikan secara massal dan lintas merek.

Jika semua pihak bersatu, bukan tidak mungkin dalam waktu dekat, kita hanya perlu memarkir motor—dan baterai akan terisi otomatis.
Masa depan itu makin dekat. Kita hanya perlu menyambutnya.

Continue Reading

Event

Suzuka 8 Hours: Lebih dari Sekadar Balapan, Ini Pertarungan Harga Diri Pabrikan Dunia!

Published

on

By

Di tengah gegap gempita balap dunia seperti MotoGP di Assen atau TT Isle of Man yang ekstrem, satu event justru menjadi panggung paling sakral bagi pabrikan Jepang—Suzuka 8 Hours. Balapan ketahanan legendaris ini bukan hanya soal adu kecepatan, tapi soal gengsi, kebanggaan, dan harga diri industri otomotif Jepang.

Tahun ini, Suzuka 8 Hours kembali dengan nuansa emosional yang lebih dalam. Untuk pertama kalinya sejak 2019, empat raksasa Jepang—Honda, Yamaha, Suzuki, dan Kawasaki—kembali bertarung dalam arena yang sama. Tapi mungkin ini juga menjadi momen terakhir mereka tampil bersama, menyusul keputusan Suzuki hengkang dari dunia balap pada akhir 2022. Sebuah era bisa saja benar-benar berakhir di sini.

Bagi para rider dan kru, Suzuka 8 Hours bukan hanya balapan. Ini seperti gladiator yang bertarung di colosseum—di hadapan para CEO dan direktur top pabrikan yang menatap tajam dari pit lane. Kemenangan di Suzuka bisa mengubah hidup, menjadi tiket menuju karier seumur hidup. Kalah? Bukan sekadar kehilangan piala, tapi kehilangan muka di hadapan seluruh dunia.

Sirkuit Suzuka memang tak sepanjang Le Mans, tapi intensitasnya brutal. Tiap tikungan seperti Degner dan 130R menuntut presisi luar biasa. Dalam hitungan jam, tim harus menyeimbangkan gaya sprint agresif dan daya tahan mesin, dengan waktu pit stop menjadi penentu hidup-mati hasil akhir.

Dan jangan lupa, aura magis Suzuka tetap utuh. Meski dunia kini bisa menonton balapan dari mana pun, Suzuka tetap punya pesonanya sendiri—tradisi, semangat, dan semesta loyalitas fans Jepang yang selalu penuh di tribun, memberi sorakan hangat dalam atmosfer yang tak bisa disamakan.

Suzuka 8 Hours adalah puncak dari segalanya. Bukan sekadar balapan—ini adalah pertempuran takdir.

Continue Reading

Trending