Connect with us

TIPS & TRIK

Rayakan Usia ke-99, Ducati Luncurkan Instagram Museum: Nostalgia, Inovasi, dan Semangat Balap dalam Satu Lini Waktu Digital

Published

on

Dari sebuah garasi kecil di Bologna hingga puncak podium MotoGP—perjalanan Ducati tak pernah kehilangan nyawa. Pada 4 Juli 2025, tepat 99 tahun sejak berdirinya “Società Scientifica Radio Brevetti Ducati”, pabrikan motor ikonik asal Italia itu merayakan warisan luar biasa mereka dengan cara yang modern: meluncurkan akun resmi Instagram Museum Ducati (@museoducati).

Langkah ini bukan sekadar formalitas digital. Ini adalah upaya Ducati untuk membingkai kenangan, semangat, dan kejayaan teknologinya ke dalam ruang interaktif yang bisa dinikmati para Ducatisti di seluruh dunia. Dari foto arsip yang jarang terlihat hingga cerita para legenda yang pernah menunggangi Desmo di lintasan—semuanya hadir dalam satu platform yang menghubungkan masa lalu, sekarang, dan masa depan.

Dari Cucciolo kecil pascaperang yang jadi simbol harapan, hingga debut motor legendaris seperti Monster, Scrambler, 916, dan Multistrada, Ducati telah menorehkan identitasnya sebagai pabrikan yang tidak hanya menjual motor, tapi juga mimpi dan hasrat berkendara.

Fabio Taglioni, maestro teknik Ducati, mungkin tak pernah membayangkan sistem desmodromik ciptaannya akan jadi DNA abadi dari brand yang kini menorehkan 20 gelar WorldSBK dan 3 titel MotoGP berturut-turut (2022–2024). Tapi kini, warisan itu tidak hanya terukir di lintasan, tapi juga di feed Instagram, menjangkau generasi baru yang haus inspirasi.

Dengan peluncuran ini, Ducati mengajak kita semua untuk tak hanya menatap masa depan—tapi juga untuk mengingat bahwa setiap deru mesin Desmo adalah gema dari sejarah panjang yang luar biasa.

Motor

Mo’Cycle Ungkap Revolusi Riding Gear: Airbag Canggih Tersembunyi di Balik Gaya Kasual!

Published

on

By

Di tengah meningkatnya kesadaran akan keselamatan berkendara, Mo’Cycle mengguncang dunia otomotif roda dua lewat inovasi riding gear yang tak biasa. Lewat paten terbaru, mereka memperkenalkan perlengkapan berkendara berteknologi airbag penuh, yang menjanjikan proteksi layaknya pembalap MotoGP — tapi tetap tampil santai layaknya jeans dan jaket harian.

Bukan gimmick semata, gear ini menyimpan sistem perlindungan tersembunyi yang mampu mengembang seketika saat mendeteksi potensi kecelakaan. Dari lutut hingga kepala, bahkan telapak kaki, seluruh tubuh biker bisa terlindungi tanpa perlu mengenakan racing suit tebal.

Ide brilian ini lahir dari pengalaman personal sang penemu dua dekade lalu, ketika menyadari bahwa abrasi bukan satu-satunya ancaman dalam kecelakaan, tapi justru benturan keras yang sering kali berujung fatal.

Kini, berbekal teknologi jaringan udara dan sensor pintar, Mo’Cycle membawa kita ke level baru: celana riding yang stylish saat nongkrong, tapi berubah menjadi armor pelindung ketika risiko menghampiri.

Lebih dari itu, jaket dan sepatu botnya pun menyimpan sistem airbag yang bisa diaktifkan secara manual atau otomatis. Sensor antar-komponen bahkan bisa berkomunikasi secara nirkabel untuk aktivasi serentak saat dibutuhkan — sebuah lompatan besar di dunia safety gear.

Yang paling futuristik, bagian bahu jaket dilengkapi inflatable canopies, semacam “sayap pelindung” yang mampu memperlambat tubuh saat jatuh, mengurangi gaya tumbukan secara signifikan. Semua ini dibalut dalam desain modis, ringan, dan nyaman.

Melalui koneksi ke smartphone, pengguna juga bisa memantau kondisi gear: mulai dari status baterai, histori kecepatan, bahkan menganalisis data dari lintasan sirkuit. Tak hanya pelindung, gear ini siap menjadi partner cerdas dalam perjalanan.

Meski masih berupa paten dan belum dirilis ke pasar, kehadiran Mo’Cycle ini seperti membuka lembaran baru dalam dunia gear berkendara modern — di mana keselamatan, gaya, dan teknologi berpadu dalam satu kesatuan.

Continue Reading

Mobil

Lamborghini: Lahir dari Luka, Bangkit Menjadi Legenda Supercar Dunia

Published

on

By

Di balik siluet tajam dan raungan mesin V12-nya yang melegenda, Lamborghini bukan sekadar nama besar dalam dunia supercar. Ia lahir dari luka, dari ego yang tersinggung, dari seorang pria bernama Ferruccio Lamborghini, yang merasa direndahkan—dan membalasnya dengan menciptakan sejarah.

Segalanya bermula pada tahun 1963. Ferruccio, seorang pengusaha sukses asal Italia yang berjaya lewat bisnis traktor mewah Lamborghini Trattori, adalah juga pecinta mobil cepat. Namun cintanya pada Ferrari, berujung pahit ketika ia menyampaikan keluhan soal kopling mobilnya langsung kepada sang legenda—Enzo Ferrari.

Alih-alih mendapat respons konstruktif, Ferruccio justru dicemooh. Enzo menyindirnya agar tetap “mengurus traktor saja.” Kata-kata itulah yang membakar semangat Ferruccio. Harga diri seorang insinyur yang juga penggemar otomotif sejati telah diinjak, dan dari situ, tekadnya lahir: menciptakan mobil yang bukan hanya bisa menyaingi Ferrari, tapi bisa mengalahkan Ferrari di arena yang sama.

Hanya dalam waktu empat bulan, berdirilah Automobili Lamborghini di Sant’Agata Bolognese. Dengan menggabungkan para insinyur yang juga pernah disingkirkan dari Ferrari, Lamborghini melahirkan 350 GT, sportscar bertenaga V12 dengan desain mewah dan performa elegan—sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya.

Saat debut di Geneva Motor Show 1964, dunia tak hanya melihat mobil baru—dunia menyaksikan kelahiran rival sejati Ferrari. Sejak itu, nama Lamborghini tak hanya identik dengan kecepatan dan kemewahan, tetapi juga dengan perlawanan, tekad, dan semangat tanpa kompromi.

Lamborghini bukan sekadar pabrikan mobil. Ia adalah simbol. Sebuah warisan yang lahir dari penghinaan dan dibangun di atas mimpi untuk membuktikan: jangan pernah remehkan seseorang hanya karena latar belakangnya.

Dari jalur traktor ke arena supercar, dari rasa sakit ke keabadian—itulah Lamborghini.

Continue Reading

TIPS & TRIK

Shoei Wyvern Comeback! Helm Legendaris Era 90-an Siap Lahir Kembali dengan Sentuhan Modern

Published

on

By

Shoei kembali membangkitkan gelombang nostalgia di dunia helm roda dua. Setelah lebih dari dua dekade “menghilang”, salah satu produk paling ikoniknya, Shoei Wyvern, dipastikan akan kembali hadir dalam versi modern, tanpa menghilangkan sentuhan khas era 90-an yang begitu kuat.

Bagi para penikmat manga balap jalanan seperti Kirin, helm ini bukan sekadar pelindung kepala—Wyvern adalah simbol keberanian, kebebasan, dan jiwa pemberontak para speed junkie Jepang. Dagu yang menonjol, tiga ventilasi depan yang agresif, dan bentuk siluet yang maskulin membuat Wyvern begitu melekat di hati para penggemar balap jalanan era 90-an.

Rilis perdana Wyvern di dekade 1990-an hanya menyasar pasar Jepang, namun popularitasnya menembus batas. Helm ini dianggap sebagai identitas anak jalanan Jepang—liar, berani, dan penuh gaya. Kini, setelah teaser resminya meluncur 9 Mei lalu, disusul visual terbaru pada 2 Juni 2025, Wyvern siap dilahirkan kembali, dan tetap setia pada DNA lamanya.

Tampilan baru Wyvern hadir lebih tajam, lebih bersih, namun tidak menghilangkan karakter “bad boy”-nya. Shoei menyempurnakan ventilasi dagu legendarisnya, menyisipkan inovasi desain modern namun tetap mempertahankan aura street fighter yang jadi ciri khas helm ini.

Kembalinya Wyvern bukan sekadar upaya mengejar tren. Ini adalah bentuk penghormatan terhadap sejarah. Shoei bermain di ranah emosional—membangkitkan memori masa muda penggemar motor yang tumbuh di era 90-an, sembari memperkenalkan ikon lama kepada generasi baru.

Kini, pertanyaan besar pun bergema: Apakah Shoei Wyvern versi 2025 ini hanya akan tersedia eksklusif di Jepang, atau akhirnya bisa dinikmati pasar global?

Para kolektor dan pecinta gaya klasik tentu tak sabar menyambutnya. Karena di balik setiap helm Shoei Wyvern, tersimpan cerita tentang masa lalu yang kembali hidup, dalam kecepatan yang jauh lebih modern.

Continue Reading

Trending