Motegi kembali jadi saksi sejarah. Marc Márquez akhirnya meraih gelar juara dunia MotoGP 2025—gelar pertamanya sejak 2019—sebuah momen penuh emosi yang menandai comeback terbesar dalam dunia balap modern.
Di tengah sorakan ribuan penggemar, Márquez menyelesaikan balapan di posisi kedua, cukup untuk memastikan titel juara. Meski rekan setimnya di Ducati, Francesco Bagnaia, tampil sempurna dengan merebut kemenangan di Motegi, sorotan utama tetap tertuju pada Márquez yang mengunci mahkota dunia.
Perjalanan menuju titel ini tidak mudah. Selama 2020–2022, Márquez bergulat dengan cedera parah pada lengan kanan, menjalani empat operasi besar, dan dua kali mengalami diplopia yang hampir mengakhiri kariernya. Ditambah performa Honda yang menurun, banyak yang sempat meragukan apakah “The Ant of Cervera” bisa kembali ke puncak.
Namun, keputusan besar diambil pada 2023 saat ia meninggalkan Honda dan bergabung dengan Gresini Ducati. Setahun adaptasi di 2024 membuat Márquez kembali kompetitif, hingga akhirnya ia promosi ke tim pabrikan Ducati pada 2025. Hasilnya? Dominasi mutlak dengan 11 kemenangan grand prix, 14 kemenangan sprint, dan gelar dunia yang dikunci dengan selisih 201 poin.
Kini Márquez mengoleksi tujuh gelar juara dunia MotoGP, sejajar dengan Valentino Rossi dan hanya terpaut satu titel dari legenda Giacomo Agostini. Ia juga menjadi pebalap pertama dalam sejarah modern yang mampu kembali merebut gelar setelah enam tahun menunggu.
Balapan di Motegi sendiri berlangsung dramatis. Márquez start dari posisi ketiga, sempat berduel ketat dengan Pedro Acosta, sebelum mengamankan posisi kedua. Bagnaia unggul sejak awal dengan jarak lebih dari tiga detik dan tetap bertahan meski sempat muncul asap dari motornya di lap terakhir. Joan Mir menutup podium dengan hasil terbaiknya musim ini bersama Honda.
Di belakang, Marco Bezzecchi (Aprilia) finis keempat, disusul Franco Morbidelli (VR46) di posisi kelima. Alex Márquez membawa Gresini ke posisi keenam, sementara nama-nama besar seperti Fabio Quartararo, Johann Zarco, Raul Fernandez, dan Fermin Aldeguer masuk 10 besar.
Sayangnya, Jack Miller harus berhenti akibat rantai putus, Luca Marini gagal finis karena masalah teknis, dan Pedro Acosta yang sempat kuat malah terlempar ke posisi 17.
Dengan hasil ini, Marc Márquez resmi menjadi juara dunia keempat Ducati setelah Casey Stoner, Pecco Bagnaia, dan Jorge Martin. Lebih dari sekadar angka dan trofi, gelar ini adalah bukti bahwa semangat juang tak pernah padam. Márquez telah menulis babak baru dalam legenda MotoGP.
Alex Márquez tak bisa menahan emosinya usai kakaknya, Marc Márquez, resmi mengunci gelar juara dunia MotoGP 2025 di Jepang. Baginya, apa yang dilihat publik hanyalah sebagian kecil dari penderitaan dan perjuangan keras sang kakak selama enam tahun terakhir.
“Orang-orang hanya melihat 10 persen dari comeback ini. Padahal, saya menyaksikan sendiri 100 persen perjuangannya di balik layar,” ucap Alex dengan nada haru.
Gelar ini menjadi tonggak bersejarah: enam tahun setelah titel terakhir di 2019, Marc bangkit dari cedera horor di lengan kanan, empat kali operasi besar, hingga dua kali diplopia yang hampir mengakhiri kariernya. Ditambah, masa-masa sulit bersama Honda yang tak kompetitif sempat membuat banyak pihak meragukan masa depannya.
Namun, keputusan berani untuk bergabung dengan Gresini Ducati pada 2024—yang juga didorong oleh Alex—menjadi titik balik. Rasa percaya diri Marc perlahan kembali, hingga musim 2025 menjadikannya raja MotoGP lagi dengan cara yang dramatis.
“Beban besar juga ada di pundak saya, karena saya salah satu rival terakhir yang bisa menghentikannya. Tekanannya luar biasa. Tapi akhirnya, saya harus akui: Marc memang pantas jadi juara. Tahun ini, dia lebih kuat dari siapa pun,” tambah Alex.
Comeback Marc Márquez bukan sekadar kemenangan di lintasan, tapi simbol keteguhan hati, rasa sakit yang diubah jadi motivasi, dan bukti bahwa legenda sejati tidak pernah menyerah.
Jakarta kembali jadi saksi kehadiran legenda MotoGP. Valentino Rossi bersama Pertamina Enduro VR46 Racing Team resmi menyapa para penggemar Tanah Air, membawa semangat baru menjelang MotoGP Mandalika 2025 yang akan digelar pada 3–5 Oktober mendatang.
Dipimpin langsung oleh sang Juara Dunia 9 kali, The Doctor datang dengan dua pebalap andalan tim, Franco Morbidelli dan Fabio Di Giannantonio. Kedatangan mereka bukan sekadar kunjungan, melainkan momen penuh emosi yang mempertemukan idola lintasan dengan lautan penggemar setia di Indonesia.
Lebih istimewa lagi, ini adalah pertama kalinya Rossi hadir di Indonesia dengan warna resmi Pertamina Enduro VR46, menandai babak baru kerja sama antara tim Italia tersebut dengan Pertamina Lubricants.
Suasana semakin terasa spesial karena kehadiran sang legenda diyakini akan membangkitkan antusiasme luar biasa dari publik, yang sudah lama menantikan aksi langsung Rossi dan skuadnya.
Detail agenda kunjungan tim VR46 di Jakarta akan segera diumumkan melalui kanal resmi Pertamina Lubricants dan VR46 Racing Team. Namun satu hal pasti: energi Mandalika sudah mulai bergetar sejak langkah Rossi menjejak Jakarta.
Akhirnya penantian panjang berakhir—Yamaha resmi merilis prototipe motor bermesin V4 yang siap debut di MotoGP Misano 2025. Sebuah langkah berani sekaligus bersejarah, mengingat sejak era mesin 4-tak tahun 2002, YZR-M1 selalu setia pada konfigurasi Inline-four.
Selama dua dekade, mesin tersebut mengantar Yamaha pada masa keemasan: 8 gelar dunia lewat Valentino Rossi (4x), Jorge Lorenzo (3x), hingga Fabio Quartararo (1x), ditambah 125 kemenangan Grand Prix. Namun, kejayaan itu perlahan meredup usai kemenangan terakhir di Sachsenring 2022. Quartararo hanya mampu finis ke-13 musim lalu, dan kini masih tercecer di posisi kedelapan klasemen.
Kini, harapan baru itu bernama V4. Takahiro Sumi, Manajer Umum Divisi Pengembangan Olahraga Motor Yamaha, menegaskan:
“Kami telah mengambil proyek ambisius untuk mengembangkan mesin V4 baru dan motor yang benar-benar baru. Proyek ini sangat menantang, terlebih dilakukan bersamaan dengan pengembangan motor tahun 2025.”
Proyek ini digarap lintas benua, menggabungkan kekuatan insinyur Jepang dan Eropa. Nama besar seperti Project Leader Kazuhiro Masuda, Direktur Teknis Max Bartolini, serta para tester kawakan seperti Andrea Dovizioso, Cal Crutchlow, hingga Augusto Fernandez ikut menyumbang tenaga dan pengalaman.
Secara teknis, mesin V4 menawarkan layout lebih ramping 10–15 cm, bobot lebih ringan, serta distribusi berat lebih ideal dibandingkan Inline-4. Fabio Quartararo bahkan sudah sempat menjajalnya di Barcelona bersama Alex Rins. Meski masih tertinggal 1,5 detik dari catatan sprint terbaik, Quartararo jadi yang tercepat di antara Yamaha dan Honda.
Dengan nada optimistis, Quartararo berkata:
“Saya tahu V4 adalah masa depan Yamaha. 2026 akan jadi momen besar, dan saya tak sabar melihat motor ini benar-benar bersaing.”
Sementara itu, Augusto Fernandez yang dipersiapkan untuk debut resmi di Misano menambahkan:
“Sekaranglah saatnya, saatnya balapan. Kami sudah bekerja keras, dan saya percaya Yamaha siap kembali bertarung.”
Target Yamaha jelas: menjadikan V4 sebagai senjata utama mulai musim 2026, sebelum regulasi baru 850cc/Pirelli diberlakukan pada 2027.
Dengan hadirnya V4, seakan Yamaha ingin menegaskan bahwa era baru telah dimulai—era di mana garpu tala kembali membidik tahta MotoGP.