Sirkuit Mandalika kembali jadi saksi pertarungan penuh tensi di kelas AP250, di mana adrenalin seakan meledak di setiap tikungan. Hasil akhir menempatkan Muhammad Murobbil Vitoni alias Robby Sakera (YAMAHA LFN HP969 INDONESIA RACING TEAM) sebagai pemenang setelah rival utamanya, Fadillag Arbi (ASTRA HONDA RACING TEAM), harus menerima penalti akibat melanggar batas lintasan.
Sejak lampu start padam, Robby tampil agresif dengan langsung memimpin. Namun, atmosfer panas balapan terasa di Lap 2 ketika Arbi menusuk ke depan dan mencuri posisi teratas. Dari belakang, Candra H (YAMAHA RACING INDONESIA) menempel ketat di P3, memberikan tekanan konstan kepada duo terdepan.
Puncak ketegangan pecah di Lap 3. Krittapat Keankum (YAMAHA THAILAND RACING TEAM) mencatat waktu tercepat 1 menit 47.840 detik, memperkeruh persaingan di barisan depan. Tak berhenti di situ, Irfan Ardiansyah (MAEZTRO NWN SCK HONDA RACING TEAM) ikut merangsek, membuat perebutan posisi kian panas. Bahkan, Md Izam Ikmal (VICTOR RACING TEAM) sempat mengejutkan dengan naik ke P2, meski Arbi segera merebut kembali kendali balapan.
Drama baru benar-benar terjadi di garis finish. Penalti yang dijatuhkan kepada Arbi membuat Robby resmi mengunci kemenangan penting di Mandalika. Suporter pun bergemuruh, merayakan kemenangan penuh emosi dari rider asal Indonesia ini.
Usai balapan, Robby mengungkapkan rasa haru dan semangatnya:
“Balapan ini sangat sulit, tekanan dari para pesaing begitu besar. Tapi saya tetap fokus, berusaha tenang, dan memberi segalanya di lintasan. Terima kasih untuk tim saya yang sudah menyiapkan motor terbaik, serta para pendukung yang selalu memberikan motivasi. Kemenangan ini jadi dorongan besar untuk seri-seri berikutnya.”
Dengan hasil ini, Robby Sakera bukan hanya membawa pulang kemenangan, tapi juga mengirim pesan kuat: dirinya siap menjadi salah satu penantang serius di musim ARRC tahun ini.
Tangan mungil, tekad baja — itulah yang dibawa Arai Agaska, rider muda asal Nusa Tenggara Barat, saat menutup musim balap R3 bLU cRU World Cup 2025 di sirkuit Estoril, Portugal (10–12 Oktober 2025). Meskipun hanya finis ke-6 di race pertama dan ke-7 di race kedua, hasil tersebut sudah cukup mengantarkannya ke posisi runner up dunia, naik satu peringkat dari klasemen sebelumnya.
Dengan torehan 141 poin dari enam seri, Arai menunjukkan konsistensi luar biasa sepanjang musim. Catatan prestasinya pun mengesankan — kemenangan di Balaton Park, Hungaria, podium dua di Misano, Italia, dan podium tiga di Portimao, Portugal. Hasil yang membuktikan bahwa nama Indonesia kini tak bisa lagi dipandang sebelah mata di ajang balap dunia.
“Bahagia tak terkira bisa meraih posisi runner up di kejuaraan dunia yang baru pertama kali saya ikuti. Terima kasih Yamaha Racing Indonesia dan tim yang selalu mendukung saya di setiap seri,” ujar Arai dengan mata berbinar. “Tahun ini jadi pelajaran luar biasa. Saya akan terus berusaha, percaya diri, dan tidak berhenti mengejar podium tertinggi.”
Manajer Motorsport PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing, Wahyu Rusmayadi, turut memberikan apresiasi setinggi langit. Menurutnya, capaian Arai adalah bukti nyata bagaimana ketekunan, semangat pantang menyerah, dan mental juara bisa membawa pembalap muda Indonesia menembus level dunia.Manajer Motorsport PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing, Wahyu Rusmayadi, turut memberikan apresiasi setinggi langit. Menurutnya, capaian Arai adalah bukti nyata bagaimana ketekunan, semangat pantang menyerah, dan mental juara bisa membawa pembalap muda Indonesia menembus level dunia.
Prestasi ini bukan sekadar angka di papan klasemen — ini adalah kisah tentang mimpi anak bangsa yang kini melaju di lintasan global. Arai Agaska telah menorehkan sejarah, menjadi simbol bahwa generasi muda Indonesia siap bersaing di panggung motorsport internasional.
Tiga hari penuh tensi dan emosi terjadi di Guadix, Spanyol Selatan (6–9 Oktober 2025). Di bawah langit biru dan cuaca sempurna, lebih dari seratus pembalap muda bertarung bukan hanya dengan waktu—tapi dengan mimpi mereka sendiri. Inilah momen ketika bakat dan ambisi bertemu di lintasan seleksi Red Bull MotoGP Rookies Cup 2026.
Sebanyak 113 pembalap muda dari 38 negara tampil membawa harapan, adrenalin, dan kerja keras. Tapi seperti halnya balapan, garis finis hanya milik segelintir yang benar-benar siap. Hasilnya, delapan pembalap terbaik resmi mendapatkan tiket emas menuju ajang bergengsi yang menjadi gerbang menuju MotoGP.
Ajang Rookies Cup telah menjadi titik awal banyak legenda MotoGP modern. Nama besar seperti Pedro Acosta dan Jose Rueda, bahkan Veda Ega Pratama dari Indonesia, pernah mengukir kisah luar biasa dari kompetisi ini. Rueda kini menjadi Juara Dunia Moto3 2025, sedangkan Veda—runner-up Rookies Cup musim ini—bersiap menapaki tangga karier berikutnya di kelas Moto3.
Namun, di balik cerita para bintang besar, selalu ada kisah inspiratif yang menggugah. Tahun ini, perhatian tertuju pada Travis Borg, pembalap muda asal Malta berusia 16 tahun. Negara kecil tanpa sirkuit road race itu justru melahirkan semangat besar dari seorang remaja yang memulai kariernya di lintasan motocross satu-satunya di negaranya.
“Saya satu-satunya pembalap road race dari Malta. Begitu saya pertama kali mencoba motor saku di usia enam tahun, saya langsung jatuh cinta,” ujar Travis penuh semangat. “Saya tumbuh dengan menonton ayah saya balapan di Sisilia. Kini, mimpi saya balapan di trek-trek besar Eropa akhirnya jadi nyata.”
Seleksi tahun ini bukan sekadar mencari pembalap tercepat—tetapi mereka yang punya nyali, karakter, dan semangat untuk hidup di dunia MotoGP.
Aprilia kembali bikin geger dunia otomotif dengan meluncurkan RSV4 X-GP, sebuah superbike edisi spesial yang diciptakan untuk merayakan satu dekade kiprah RS-GP di ajang MotoGP. Motor ini tak main-main, karena dibuat sangat terbatas, hanya 30 unit di seluruh dunia—dan semuanya sudah ludes hanya dalam 14 hari setelah rilis perdana pada awal September lalu.
Dibanderol seharga €90.000 atau sekitar Rp1,7 miliar, RSV4 X-GP bukan sekadar motor, tapi simbol eksklusivitas dan DNA balap Aprilia. Motor ini membawa aura RS-GP MotoGP ke versi jalan raya, membuatnya jadi incaran para kolektor dan pecinta adrenalin sejati.
CEO Aprilia Racing, Massimo Rivola, menegaskan bahwa seri ini bukan hanya tentang performa, tapi juga tentang identitas dan kebanggaan.
“X menegaskan posisinya sebagai ikon eksklusif dengan potensi besar. RSV4 X-GP adalah bukti inovasi Aprilia Racing, diciptakan khusus untuk penggemar sejati dunia balap,” ungkap Rivola dengan bangga.
Ditenagai mesin V4 1.099 cc bertenaga 238 hp dan torsi 131 Nm, RSV4 X-GP siap langsung melibas lintasan balap tanpa perlu banyak ubahan. Performa brutal ini menegaskan bahwa motor ini bukan sekadar pajangan mahal, tapi benar-benar “born to race.”
Meski di MotoGP 2025 Aprilia mampu menantang dominasi Ducati, di WorldSBK mereka masih berjuang menemukan kembali kejayaan seperti era emas Max Biaggi (2010 & 2012) dan Sylvain Guintoli (2014). Kehadiran RSV4 X-GP ini seakan menjadi api semangat baru untuk mengembalikan nama besar Aprilia di kancah balap dunia.
Bagi penggemar otomotif, kabar ini tentu menyisakan rasa iri. Bayangkan, superbike beraroma MotoGP dengan produksi terbatas hanya 30 unit, kini sudah menjadi barang kolektor yang tak ternilai. Sebuah motor yang bukan hanya alat transportasi, tapi mahakarya kecepatan dan kebanggaan Italia.