Sirkuit Mandalika kembali jadi saksi pertarungan penuh tensi di kelas AP250, di mana adrenalin seakan meledak di setiap tikungan. Hasil akhir menempatkan Muhammad Murobbil Vitoni alias Robby Sakera (YAMAHA LFN HP969 INDONESIA RACING TEAM) sebagai pemenang setelah rival utamanya, Fadillag Arbi (ASTRA HONDA RACING TEAM), harus menerima penalti akibat melanggar batas lintasan.
Sejak lampu start padam, Robby tampil agresif dengan langsung memimpin. Namun, atmosfer panas balapan terasa di Lap 2 ketika Arbi menusuk ke depan dan mencuri posisi teratas. Dari belakang, Candra H (YAMAHA RACING INDONESIA) menempel ketat di P3, memberikan tekanan konstan kepada duo terdepan.
Puncak ketegangan pecah di Lap 3. Krittapat Keankum (YAMAHA THAILAND RACING TEAM) mencatat waktu tercepat 1 menit 47.840 detik, memperkeruh persaingan di barisan depan. Tak berhenti di situ, Irfan Ardiansyah (MAEZTRO NWN SCK HONDA RACING TEAM) ikut merangsek, membuat perebutan posisi kian panas. Bahkan, Md Izam Ikmal (VICTOR RACING TEAM) sempat mengejutkan dengan naik ke P2, meski Arbi segera merebut kembali kendali balapan.
Drama baru benar-benar terjadi di garis finish. Penalti yang dijatuhkan kepada Arbi membuat Robby resmi mengunci kemenangan penting di Mandalika. Suporter pun bergemuruh, merayakan kemenangan penuh emosi dari rider asal Indonesia ini.
Usai balapan, Robby mengungkapkan rasa haru dan semangatnya:
“Balapan ini sangat sulit, tekanan dari para pesaing begitu besar. Tapi saya tetap fokus, berusaha tenang, dan memberi segalanya di lintasan. Terima kasih untuk tim saya yang sudah menyiapkan motor terbaik, serta para pendukung yang selalu memberikan motivasi. Kemenangan ini jadi dorongan besar untuk seri-seri berikutnya.”
Dengan hasil ini, Robby Sakera bukan hanya membawa pulang kemenangan, tapi juga mengirim pesan kuat: dirinya siap menjadi salah satu penantang serius di musim ARRC tahun ini.
Edisi ke-11 100 km dei Campioni kembali menyajikan drama penuh emosi di Ranch Tavullia. Tahun ini, sorotan jatuh pada duet Francesco Bagnaia dan Augusto Fernández, yang tampil tanpa cela dan berhasil menyabet gelar juara. Namun di balik riuh sorak penonton, sang legenda dan pemilik Ranch, Valentino Rossi, justru harus menuntaskan balapan lebih cepat setelah motor rekannya mengalami kerusakan fatal.
Ajang ikonik ini kembali mempertemukan 46 pembalap top dunia dari berbagai kejuaraan: MotoGP, Moto2, Moto3, WorldSBK, Supermotard, hingga kehadiran karakter-karakter ikonik seperti Guy Martin dari Tourist Trophy. Suasana paddock terasa seperti reuni para gladiator aspal—nama-nama seperti Bagnaia, Bezzecchi, Marini, Pedro Acosta, Jack Miller, Moreira, Bulega, David Alonso, hingga Dominique Aegerter memadati Ranch bak pesta keluarga motorsport.
Untuk menjaga adrenalin, format tahun ini dibuat lebih kompetitif. Ada tambahan sprint race di hari pertama, sementara penentuan pasangan tidak lagi bebas, melainkan melalui undi acak—sebuah cara untuk meratakan peluang antara penghuni tetap Ranch dan para tamu bintang.
Kualifikasi berjalan sengit. Duet Diogo Moreira–Federico Fuligni menjadi yang tercepat, disusul pasangan Valentino Rossi–Mattia Casadei. Rossi bahkan sempat menghidupkan euforia lewat kemenangan di sprint race, membuktikan bahwa usia belum mengikis feeling flat track-nya.
Namun balapan tahun ini juga meninggalkan momen menegangkan. Mattia Pasini mengalami kecelakaan keras hingga harus dilarikan ke rumah sakit. Untungnya, kondisinya segera stabil dan ia memberikan kabar menenangkan melalui media sosial.
Puncak 100 km dei Campioni hari Minggu berjalan panas sejak start. Bagnaia dan Fernández tampil solid dari lap pertama hingga bendera finis dikibarkan, memastikan mereka sebagai pemenang. Moreira–Fuligni harus puas di posisi kedua, sementara podium terakhir diraih Luca Marini–Matteo Patacca. Lima besar dilengkapi duet Pedro Acosta–Senna Agius serta Barry Baltus–Thomas Chareyre.
Sementara itu, nasib kurang bersahabat bagi Rossi. Motor yang digunakan rekan setimnya, Casadei, rusak berat akibat insiden awal balapan. Sang “Il Dottore” pun dipaksa menghentikan perjuangannya di rumah sendiri—sebuah pemandangan yang mengundang desahan kecewa dari para penonton yang memenuhi Ranch.
Walau akhir balapan terasa pahit untuk Rossi, atmosfer kekeluargaan, panasnya persaingan, dan semangat saling dorong antarbintang tetap menjadi ruh dari 100 km dei Campioni. Ajang ini kembali membuktikan diri sebagai ritual tahunan yang bukan hanya tentang siapa yang cepat, tetapi juga tentang jiwa balap yang tak pernah padam.
Perjalanan Veda Ega Pratama di JuniorGP 2025 berakhir dengan cerita penuh emosi—campuran rasa bangga, pahit, dan harapan besar untuk masa depan. Pembalap muda Astra Honda Racing Team ini berhasil mengamankan posisi 10 besar pada Race 1 di Valencia, tetapi harus menelan pil pahit saat gagal finis pada Race 2.
Di tengah tekanan Sirkuit Ricardo Tormo yang selalu menuntut presisi, Veda tampil stabil pada Race 1. Ia berjuang keras sepanjang 16 lap dan akhirnya menyentuh garis finis di posisi ke-10. Hasil itu menambah perolehan poin penting, sekaligus memastikan dirinya menutup musim di peringkat 10 klasemen akhir—sebuah capaian terbaik AHRT sejak turun di JuniorGP pada 2016.
Race 1 sendiri dimenangkan oleh pembalap Argentina, Marco Morelli, diikuti Brian Uriarte dan Jesus Rios yang mengunci podium.
Namun momen yang paling dramatis terjadi pada Race 2. Veda memulai dengan agresif, langsung menyalip dua pembalap dan menyelesaikan lap pertama di posisi kesembilan—sebuah penampilan yang menunjukkan betapa besar ambisinya menutup musim dengan gemilang.
Sayang, harapan itu terhenti terlalu cepat.
Memasuki lap kedua, Veda terjatuh di Tikungan 1 dan terseret hingga ke area gravel. Insiden tersebut memaksanya mengakhiri balapan lebih cepat pada hari yang seharusnya menjadi momen spesial: ulang tahunnya yang ke-17.
Meski pahit, perjalanan ini menjadi tonggak penting dalam kariernya. Dengan total 70 poin dan konsistensi yang terus meningkat, Veda kini bersiap melangkah ke panggung yang lebih besar.
Musim depan, sang pembalap muda Indonesia itu akan naik kelas ke Kejuaraan Dunia Moto3 2026—memulai babak baru sebagai salah satu talenta masa depan yang paling diperhitungkan dari tanah air.
Sebuah akhir yang emosional, namun sekaligus awal dari petualangan yang jauh lebih besar.
MV Agusta kembali menunjukkan kelasnya sebagai ikon motor Eropa lewat hadirnya Sartoria Meccanica, sebuah program kustomisasi ultra-eksklusif yang dirancang langsung oleh pabrikan Italia tersebut. Bukan sekadar layanan personalisasi, Sartoria Meccanica adalah atelier mekanik—tempat di mana motor tidak hanya dibuat, tetapi “dilahirkan” sesuai jiwa pemiliknya.
Berbasis di Centro Stile MV Agusta, Schiranna – Italia, studio ini menggabungkan tradisi craftsmanship Italia dengan presisi teknik kelas dunia. Setiap proses dimulai dari nol, melalui pertemuan langsung antara pemilik, desainer, dan insinyur. Hasilnya adalah sepeda motor yang tidak hanya unik… tetapi memiliki identitas, cerita, dan karakter yang tidak mungkin dimiliki unit lain.
Sartoria Meccanica bukan tentang memilih paket aksesori. Program ini lebih mirip rumah mode haute couture: penuh detail, personal, dan sarat emosi. Mulai dari pemilihan cat khusus, kulit premium untuk jok yang dijahit tangan, finishing rangka, karbon, hingga komponen billet yang dirancang satu per satu—semua disesuaikan dengan visi pemilik.
Program ini hadir dalam tiga tingkatan eksklusif:
1. Essenziale – Personal Touch yang Elegan
Opsi warna, material, dan grafis unik untuk pengendara yang ingin tampil berbeda tanpa mengubah DNA motor secara drastis.
2. Ricercato – Kustomisasi Teknis yang Mendalam
Mulai dari modifikasi lengan ayun, triple clamp, rangka yang diperkuat, hingga velg spesial. Tingkatan ini menciptakan motor dengan sentuhan teknis yang benar-benar berbeda dari versi standar.
3. Iconico – Level Tanpa Batas
Di sini, tidak ada aturan. Pemilik dapat memesan komponen satuan berbahan eksotis, part mesin spesial, hingga aksesori pendamping seperti helm dan paddock stand yang dibuat senada. Setiap motor pada level ini menjadi one-off masterpiece.
Meski spesifikasi bisa sangat ekstrem, MV Agusta memastikan setiap proyek tetap memenuhi standar teknis dan legal. Setiap unit juga mendapatkan sertifikat keaslian serta plakat eksklusif bernomor, menegaskan statusnya sebagai karya autentik.
CEO MV Agusta, Luca Martin, menegaskan filosofi program ini: “Sartoria Meccanica adalah cara kami memberi ruang bagi pengendara untuk mengekspresikan hasrat mereka. Ini bukan hanya tentang membangun motor—ini tentang membangun mimpi.”
Seperti karya seni Italia pada umumnya, sentuhan craftsmanship terwujud dalam setiap detail: serat karbon yang dipasang sempurna, CNC machining presisi tinggi, hingga jok yang dijahit secara manual satu per satu. Dan yang mengejutkan, meski merupakan motor kustom tingkat tinggi, seluruh unit tetap mendapatkan garansi resmi MV Agusta selama lima tahun.
Dengan Sartoria Meccanica, MV Agusta tidak hanya menjual sepeda motor—mereka menawarkan pengalaman emosional dan artisanal yang membuat setiap pemilik merasa memiliki sesuatu yang benar-benar personal, unik, dan abadi.
Ini bukan sekadar motor. Ini adalah seni mekanik Italia yang bisa dikendarai.